Minggu, 13 Oktober 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OTITIS MEDIA PURULENTA (OMP)


1.    Pengertian Otitis Media Purulenta (OMP)
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)
Otitis media koronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009)
Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya satu bulan serta orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007)
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.


Kesimpulan :
OMP atau OMSK adalah peradangan pada telinga tegah dengan perforasi membrane timpani dimana ditandai dengan secret yang keluar dengan konsistensi encer maupun kental baik secara terus menerus atau hilang timbul. Selama > 2bulan atau paling sedikit 1 bulan.   


2.    Macam-Macam OMP
Otitis media supuratif krinik dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1.    Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama kelainan tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah
OMSK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu
1)   OMSK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani   secara aktif
2)   OMSK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.



2.     Tipe Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)
Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal pada OMSK tipe ini.
Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.
Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a.    Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah :
1)   Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.
2)   Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3)   Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.
b.    Kolesteatom akuisital atau didapat
1)   Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida1,2
2)   Secondary acquired cholesteatoma.
Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi).
Bentuk perforasi membran timpani adalah :
1.    Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total. Pada seluruh tepi perforasi masih ada terdapat sisa membran timpani.

2.    Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3.    Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.


3.    Etiologi OMP
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi) (Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media akut penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat kimia. 



Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:
a)    Streptococcus.
b)   Stapilococcus.
c)    Diplococcus pneumonie.
d)   Hemopilus influens.
e)    Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
f)    Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
g)   Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.
Penyebab OMK antara lain:
1.    Lingkungan
Hubungan penderita OMK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.

2.    Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

3.    Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis
4.    Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.

5.    Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh keluarnya sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6.    Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap OMK

7.    Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8.    Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap pada OMK adalah:
a)    Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b)   Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
c)    Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.
d)   Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

4.      Patofisiologi OMP
Patofisiologi OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret yang mukoid atau mukopurulen.



5.    Manifestasi Klinis OMP
Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis:
1.    OMK tipe benigna:
a.    Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis
b.   Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat
c.    Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis
d.   Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
2.    OMK tipe maligna dengan kolesteatoma:
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil, berwarna putih mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
Gejalanya bervariasi, berdasarkan pada lokasi perforasi gendang telinga:
1.    Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga). Otitis media kronis bisa kambuh setelah infeksi tenggorokan dan hidung (misalnya pilek) atau karena telinga kemasukan air ketika mandi atau berenang. Penyebabnya biasanya adalah bakteri. Dari telinga keluar cairan berbau busuk tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus menerus kambuh, akan terbentuk pertumbuhan menonjol yang disebut polip, yang berasal dari telinga tengah dan melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol ke dalam saluran telinga luar. Infeksi yang menetap juga bisa menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang pendengaran (tulang-tulang kecil di telinga tengah yang mengantarkan suara dari telinga luar ke telinga dalam) sehingga terjadi tuli konduktif.
2.    Perforasi marginal (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga). Bisa terjadi tuli konduktif dan keluarnya cairan dari telinga.
3.    Perforasi atik (lubang terdapat pada pars flaksida). Biasanya terjadi tuli konduktif dan keluarnya cairan dari telinga

6.    Pemeriksaan penunjang dan laboraturium OMP
a)    Pemeriksaan penunjang
1.    Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas.
2.    Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
3.    Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani

 b)   Pemeriksaan Radiologi
1.    Proyeksi Schuller: memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.
2.    Proyeksi Mayer atau Owen: Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang- tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
3.    Proyeksi Stenver: memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.
4.    Proyeksi Chause III: memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.
5.    Bakteriologi : Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.

7.    Penatalaksanaan  OMP
a.    Prinsip terapi OMSK tipe jinak atau aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus maka diberi obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret  berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikesteroid. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampicillin atau eritromisin sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai ada resistensi terhadap ampicillin dapat diberikan ambicillin dengan asam klavulanat.  Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

b.    Prinsip terapi OMSK tipe bahaya atau maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan sebelum mastoidektomi. Infeksi kronis telinga tengah dapat menyebabkan mastoiditis. Ada beberapa jenis teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain :
·       Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
·       Mastoidektomi radikal
pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial.
·       Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
·       Miringoplasti
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
·       Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
·       Timpanoplasti dengan pendekatan ganda
Dikerjakan pada kasus OMK tipe maligna atau OMK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma.

8.    Komplikasi OMP
Klasifikasi komplikasi OMSK menurut Adam dkk (1989) :
a.    Komplikasi di telinga tengah :
·      Perforasi membran timpani persisten
·      Erosi tulang pendengaran
·      Paralisis nervus fasialis
b.    Komplikasi di telinga dalam :
·      Fistula labirin
·      Labirinitis supuratif
·      Tuli saraf (sensorineural)
c.    Komplikasi ekstradural :
·      Abses ekstradural
·      Trombosis sinus lateralis
·      Petrositis
d.   Komplikasi ke susunan saraf pusat :
·      Abses otak
·      Meningitis
·      Hidrosefalus otitis

9.    Asuhan keperawatan dan jurnal penelitian OMP
Kasus
An. Z (12 tahun) dirawat dengan keluhan telinga bagian sebelah sinistra suka mengeluarkan cairan sudah sebulan berlangsung. Dan sudah membawa ke dokter tapi belum ada perubahan. Keluhan lain yang suka dirasakan serangan vertigo hebat yang kadang-kadang muncul. Dari pemeriksaan dengan menggunakan Othoscope ada perforasi di pars flaksida dekat gendang telinga. Dan saat dites dengan audiogram menunjukkan kesan tuli konduktif. Hasil Radiologi : mastoid tampak sklerotik, hal ini akibat erosi oleh koleasteatoma. Dokter mendiagnosa An. Z mengalami Otitits media purulenta(OMP), dan besok adan dipersiapkan untuk dilakukan mastoidektomi. Keluarga An. Z sangat cemas telinga anaknya akan di oprasi. Tanda-tanda vital saat ini TD : 110/90mmHg, Nadi 100x/menit, Suhu 39oC, Pernafasan 24 x/menit, BB saat ini 39,5


a.       Pengkajian
1)        Data Pasien :
Nama                            : An. Z
Tempat, Tanggal Lahir  : Jakarta, 03 januari 2001
Umur                             : 12 tahun
Jenis kelamin                 : Laki-laki
Agama                          : Islam
Suku                              : Jawa
Pekerjaan                      : -
Status perkawinan        : -
Status pendidikan         : SMP
Diagnosa medis            : Otitis Media Purulenta

2)        Riwayat penyakit :
          Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 13 mei 2013 dengan keluhan sudah 1 bulan ini telinga kirinya mengeluarkan cairan, kadang-kadang timbul vertigo hebat dan sudah ke dokter namun tidak ada perubahan,

          Riwayat Penyakit Sekarang :
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat R didapatkan hasil pemeriksaan dengan menggunakan othorschop ada perforasi di pars flaksida dekat gendang telinga, saat di test audiogram menunjukkan kesan tuli konduktif, hasil radiologi : mastoid tampak sklerotik, akibat adanya koleasteatoma, hasil pemeriksaan TTV : TD : 110/90 mmHg ;  Nadi : 100x/menit ; Suhu : 39oC ; RR : 24x/menit , BB sekarang 39,5 kg. Dokter mendiagnosa pasien mengalami otitis media purulrnta (OMP) dan besok akan dipersiapkan untuk dilakukan oprasi mastoidektomi.

         


Riwayat Penyakit Dahulu :
1 bulan ini telinga kirinya mengeluarkan cairan dan Klien sudah ke dokter namun tidak ada perubahan (pengobatan tidak tuntas), Kemungkinan klien pernah mengalami penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)

          Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan diderita klien

b.    Data fokus
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
·           Klien mengeluh sudah 1 bulan ini telinga kirinya mengeluarkan cairan
·           Klien mengeluh vertigo hebat kadang-kadang muncul
·           Klien mengatakan sudah berobat namun tidak ada perubahan
·           Klien dan keluarga klien mengatakan cemas akan tindakan oprasi
·           Kemungkinan klien mengeruh telinganya terasa penuh
·           Klien mengatakan pendengarannya berkurang

·         Pada telinga klien terdapat cairan yang purulent
·         Tanda-tanda vital :
TD : 110/90 mmHg
HR : 100x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 39oC
·           Hasil pemeriksaan othoscope adanya perforasi di pars flaksida dekat gendang telinga
·           Hasil test audiogram tampak kesan tuli konduktif
·           Hasil radiologi : mastoid tampak sklerotik akibat erosi oleh kolesteatoma
·           Klien tampak tidak paham tentang penyakitnya
·           Klien dan keluarga klien terlihat cemas dan takut

c.    Analisa Data
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
DS :
·      Klien mengeluh sudah 1 bulan ini telinga kirinya mengeluarkan cairan
·      Kemungkinan klien mengeruh telinganya terasa penuh
·      Klien mengatakan pendengarannya berkurang
DO :
·      Pada telinga klien terdapat cairan yang purulent
·      Hasil pemeriksaan othoscope adanya perforasi di pars flaksida dekat gendang telinga
·      Hasil test audiogram tampak kesan tuli konduktif

Gangguan persepsi sensori audiotori

Perubahan sensori persepsi

DS :
·      Klien mengeluh sudah 1 bulan ini telinga kirinya mengeluarkan cairan
·      Klien mengeluh vertigo hebat kadang-kadang muncul
DO:
·      Tanda-tanda vital :
TD : 110/90 mmHg
HR : 100x/menit
·      Hasil pemeriksaan othoscope adanya perforasi di pars flaksida dekat gendang telinga
·      Hasil radiologi : mastoid tampak sklerotik akibat erosi oleh kolesteatoma
Resiko terjadi injuri / trauma
Vertigo
DS :
·           Klien mengatakan sudah berobat namun tidak ada perubahan
DO:
·      Klien tampak tidak paham tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan

kurangnya informasi tentang penatalaksanaan OMA yang tepat.

DS :
·           Klien dan keluarga klien mengatakan cemas akan tindakan oprasi

DO:
·      Klien dan keluarga klien terlihat cemas dan takut
Cemas

prosedur tindakan pembedahan


d.   Diagnosa Keperawatan
a.    Pre Operasi
1.   Gangguan persepsi sensori auditori b/d perubahan sensori persepsi
2.   Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo
3.   Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan OMA yang tepat.
4.   Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan


b.    Post Operasi
1.    Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi
2.    Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi

e.    Intervensi
a.    Pre Operasi
NO DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7×24 jam Gangguan persepsi sensori (audiotory) pada pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.    Tidak terdapat otorrhoe yg purulent pada pasien.
2.    Tidak terdapat cairan dari dan di telinga pasien.
3.    Telinga tampak bersih.
Mandiri :
1.    Monitor TTV ( S, N, RR, TD ) tiap 8 jam.
2.    Lakukan irigasi telinga dengan air hangat.

Kolaborasi :
1.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tetes telinga.
2.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika.

2








Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan resiko injuri/trauma dapat teratasi dengan  kriteria hasil :
-          TD normal (120/80 mmHg)
-          HR : 80-100x/mnt
-          Pusing berkurang
-          Pasien tidak mengalami injuri

Mandiri :
1.    Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien
2.    Observasi tanda vital
3.    Beri lingkungan yang aman dan nyaman
4.    Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing
5.    Penuhi kebutuhan pasien
6.    Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien  bepergian
Kolaborasi :
1.    Kolaborasi pemberian analgetik
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan OMA meningkat dengan criteria hasil :
1.      Pasien menyatakan paham dengan informasi yang disampaikan perawat
2.      Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur pencegahan dan pengobatan dengan tepat.
Mandiri :
a.    Kaji tingkat pengetahuan pasien
b.    Berikan informasi berkenaan dengan kebutuhan pasien
c.    Susun bersama hasil yang diharapkan dalam bentuk kecil dan realistik untuk memberikan gambaran pada pasien tentang keberhasilan
d.   Beri upaya penguatan pada pasien
e.    Gunakan bahasa yang mudah dipahami
f.     Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya
g.    Dapatkan umpan balik selama diskusi dengan pasien
h.    Pertahankan kontak mata selama diskusi dengan pasien
i.      Berikan informasi langkah demi langkah dan lakukan demonstrasi ulang bila mengajarkan prosedur
j.      Beri pujian atau reinforcement positif pada klien
4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan Kecemasan pasien berkurang / hilang dengan criteria hasil :
1.  Pasien dan keluarga tidak cemas
2.  Keluarga mau menemani pasien

Mandiri :
1.    Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan pembedahan
2.    Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan pembedahan
3.    Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien
4.    Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien


c.    Post Operasi
a.     
NO DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam nyeri  pasien teratasi dengan kriteria hasil :
1.    Nyeri hilang
2.    Skala nyeri 0
Mandiri :
1.    Kaji tingkat nyeri pasien
2.    Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3.    Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri
4.    Anjarkan pada pasien untuk banyak istirahat baring
5.    Beri posisi yang nyaman

Kolaborasi :
1.     Kolaborasi pemberian analgetik
2








Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Resiko infeksi tidak terjadi dengan  kriteria hasil :
1.  Infeksi tidak terjadi
2.  Luka operasi dalam kondisi baik


1.    Mandiri :
2.    Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi
3.    Observasi pasien
4.    Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari operasi
5.    Kaji keadaan daerah poerasi
6.    Ganti tampon setiap hari
7.    Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid
8.    Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3 minggu
9.    Anjurkan pasien untuk kontrol

Kolaborasi :
1.    Kolaborasi pemberian antibiotik



Kesimpulan
 
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999).

Daftar Pustaka

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran. Jakarta :EGC. 

Vaughan,Daniel G.dkk.2000.Oftalmologi Umum.edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-enam. Jakarta: FKUI
Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73
Ganong. Wiliam F, 2008, Bukku ajar fisiologi kedokteran Ed. 22. Jakarta: EGC